Selamat Malam, Mbah Putri..
Salam rindu teramat sangat dari aku cucumu.
Mbah putri sedang apa malam ini? Tidur didepan TV atau diatas dipan berteman sepi? Aku tahu, sangat tahu pasti suasana malam disana, ditambah dengan kesendirianmu, menambah kelam malam-malam yang senantiasa kau jalani.
Aku bersyukur, setidaknya hewan ternak yang kau punya masih setia menemanimu dengan suara-suara khas mereka, aku tahu mereka mengerti tentang sendiri yang kau jalani. Mereka pasti mengetahui tentang anak-anak dan cucu-cucumu yang tidak bisa setiap hari mengunjungimu.
Mbah putri, malam ini aku melihat tetangga samping rumahku pulang kekampung halaman mereka. Aku iri, aku ingin juga seperti mereka, dan itu sebabnya aku menulis ini.
Aku ingin pulang kerumah keduaku, aku ingin memelukmu, bermanja denganmu, pergi ke bukit depan rumah lalu teriak sekencang-kencangnya untuk melepas penat yang hampir meluap.
Mbah putri, kalau aku mau, aku bisa saja melarikan diri, mulai risih, mulai muak dengan semua yang harus aku hadapi. Tapi, setiap mengingat ibu, bapak, juga keluargaku, aku simpan kembali kerisihanku juga kemuakkan yang ada. Aku selalu ingat, aku harus berfoto memakai toga, aku harus sarjana, nanti ketika aku pulang kerumah keduaku, aku akan memasang foto kebanggan itu disana. Agar apa? Agar setiap orang yang berkunjung, mengetahui kau orang yang hebat, sangat hebat.
Kenapa? Kau hanya bisa menyekolahkan anakmu yang menjadi ibuku sebatas Sekolah Menengah Pertama, tapi anakmu, ibuku yang tamatan SMP itu, bisa membesarkanku dan menjadikanku anak dan cucu yang membanggakan. Mereka, teman-teman Mbah disana, harus tahu itu. Kau dan ibuku berhasil membesarkanku. Aku ingin mereka tahu, HARUS!!
Aku dan keluargaku tak bisa berjanji, idul fitri ini, kami bisa pulang dan merayakan hari besar bersama seperti yang biasa kita lakukan. Mungkin terhambat dengan jadwal Tugas Akhirku, dengan segala kewajiban yang harus segera aku tuntaskan.
Selalu ingat pesanmu tahun lalu, sebelum aku dan keluarga kembali ke Jakarta, dan bicara denganmu kalau tahun ini kami mungkin tak bisa merayakan hari raya bersama, kau bilang "Ora opopo ora muleh, sing apik wae sekola'e, engko nek wes rampung kabeh, yo mulio, aku rapopo, sing penting podo sehat kabeh, cucuku sing nggenah sekola'e"
-
"Ngga apa-apa ngga pulang, yang bagus aja sekolahnya, nanti pulangnya kalau sudah selesai saja, mbah ngga apa-apa, yang penting pada sehat, cucuku yang bener sekolahnya"
-
Hebatnya, ketika kau berbicara seperti itu, aku membendung air mataku, membayangkan kalau lebaran nanti rumahmu tak seramai biasanya, tak sebermakna seperti seharusnya. Tapi apa daya Mbah, aku harus melakukannya demi menuntaskan kewajiban-kewajibanku.
Janjiku, janji aku, ibu, bapak, juga adik, ketika semua selesai, aku akan kembali kesana, mengunjungimu. Pasti!
Mbah putri, tetap dan selalu sehat, aku merindukanmu.
Cucumu
30 April 2015. 20:12.