Minggu, 03 Mei 2015

Selamat Ulang Tahun, Bapak

Pagi ini, beliau mengantarku sampai stasiun. Hari ini, hari pertamaku memulai kewajibanku yang baru. 4 Mei 2015, sejak subuh aku sudah bersiap, tepat pukul 5 pagi, Bapak mengantarku sampai stasiun bekasi, ia mengantarku tanpa sarapan terlebih dahulu. Bukan kebiasaannya memang, setauku beliau tak bisa kalau tak sarapan. Tapi, demi aku putri sulungnya, beliau rela melakukan semua, berangkat dari stasiun, beliau mengantarku hingga stasiun tujuan, melihatku naik angkutan umum kemudian kembali lagi untuk bekerja.

Kisahku pagi ini, bersama beliau yang saat ini berulang tahun yang ke 47.

Selamat ulang tahun, bapak. Tak banyak pinta dan harapku, sama seperti saat ulang tahun ibu, aku hanya minta engkau selalu sehat, selalu kuat, dan selalu diberi rezeki berlimpah demi anak, istri, dan keluargamu. Aku hanya berharap, kelak, pemimpin keluargaku, imamku, sama sepertimu.

Terimakasih atas pagi ini, terimakasih selalu memperlakukanku layaknya ratu. Terimakasih, Pak. Doakan aku agar kelak aku bisa mewujudkan segalanya, segala kebanggaanmu dan ibu, dan aku yakin lelahmu hari ini akan terbayar dengan bahagiamu esok hari.

Selamat Ulang Tahun, Bapak. Dari aku anak sulungmu.

Kamis, 30 April 2015

Mbah, Aku Ingin Pulang

Selamat Malam, Mbah Putri..

Salam rindu teramat sangat dari aku cucumu.

Mbah putri sedang apa malam ini? Tidur didepan TV atau diatas dipan berteman sepi? Aku tahu, sangat tahu pasti suasana malam disana, ditambah dengan kesendirianmu, menambah kelam malam-malam yang senantiasa kau jalani.

Aku bersyukur, setidaknya hewan ternak yang kau punya masih setia menemanimu dengan suara-suara khas mereka, aku tahu mereka mengerti tentang sendiri yang kau jalani. Mereka pasti mengetahui tentang anak-anak dan cucu-cucumu yang tidak bisa setiap hari mengunjungimu.

Mbah putri, malam ini aku melihat tetangga samping rumahku pulang kekampung halaman mereka. Aku iri, aku ingin juga seperti mereka, dan itu sebabnya aku menulis ini.

Aku ingin pulang kerumah keduaku, aku ingin memelukmu, bermanja denganmu, pergi ke bukit depan rumah lalu teriak sekencang-kencangnya untuk melepas penat yang hampir meluap.

Mbah putri, kalau aku mau, aku bisa saja melarikan diri, mulai risih, mulai muak dengan semua yang harus aku hadapi. Tapi, setiap mengingat ibu, bapak, juga keluargaku, aku simpan kembali kerisihanku juga kemuakkan yang ada. Aku selalu ingat, aku harus berfoto memakai toga, aku harus sarjana, nanti ketika aku pulang kerumah keduaku, aku akan memasang foto kebanggan itu disana. Agar apa? Agar setiap orang yang berkunjung, mengetahui kau orang yang hebat, sangat hebat.

Kenapa? Kau hanya bisa menyekolahkan anakmu yang menjadi ibuku sebatas Sekolah Menengah Pertama, tapi anakmu, ibuku yang tamatan SMP itu, bisa membesarkanku dan menjadikanku anak dan cucu yang membanggakan. Mereka, teman-teman Mbah disana, harus tahu itu. Kau dan ibuku berhasil membesarkanku. Aku ingin mereka tahu, HARUS!!

Aku dan keluargaku tak bisa berjanji, idul fitri ini, kami bisa pulang dan merayakan hari besar bersama seperti yang biasa kita lakukan. Mungkin terhambat dengan jadwal Tugas Akhirku, dengan segala kewajiban yang harus segera aku tuntaskan.

Selalu ingat pesanmu tahun lalu, sebelum aku dan keluarga kembali ke Jakarta, dan bicara denganmu kalau tahun ini kami mungkin tak bisa merayakan hari raya bersama, kau bilang "Ora opopo ora muleh, sing apik wae sekola'e, engko nek wes rampung kabeh, yo mulio, aku rapopo, sing penting podo sehat kabeh, cucuku sing nggenah sekola'e"

-

"Ngga apa-apa ngga pulang, yang bagus aja sekolahnya, nanti pulangnya kalau sudah selesai saja, mbah ngga apa-apa, yang penting pada sehat, cucuku yang bener sekolahnya"

-

Hebatnya, ketika kau berbicara seperti itu, aku membendung air mataku, membayangkan kalau lebaran nanti rumahmu tak seramai biasanya, tak sebermakna seperti seharusnya. Tapi apa daya Mbah, aku harus melakukannya demi menuntaskan kewajiban-kewajibanku.

Janjiku, janji aku, ibu, bapak, juga adik, ketika semua selesai, aku akan kembali kesana, mengunjungimu. Pasti!

Mbah putri, tetap dan selalu sehat, aku merindukanmu.

Cucumu

30 April 2015. 20:12.

Selasa, 21 April 2015

Selamat Ulang Tahun, Ibu

Untuk wanita paling kuat yang selalu ada disisiku,

Selamat ulang tahun, Ibu..

Usiamu kini bertambah lagi, tetap sehat selamanya, tetap kuat, tetap sabar, tetap menjadi Ibu dan istri yang luar biasa untuk bapak, adik, dan juga aku..

Sedikit harapanku, semoga masih ada ulang tahun berikut dan berikutnya, semoga Allah senantiasa memberikanmu umur yang panjang, sehat sampai masa itu tiba. Masa dimana aku memakai toga dikepalaku, masa dimana aku menemukan pria yang ditakdirkan menjadi imamku, masa dimana aku melahirkan dan memberikan seorang cucu untukmu. Aku ingin kau melihat semuanya, menyaksikannya dan berdiri tegak disampingku selalu.

Ibu, maaf aku hanya bisa menulis semuanya disini. Maaf tak bisa mengutarakan langsung dihadapanmu, pintaku, sehat dan selalu sehat sampai kapanpun.

Doakan aku atas segala perjuangan yang sedang aku tempuh, doakan aku selalu, Bu..

Sekali lagi, selamat ulang tahun, Ibu

21 April 2015

Kita Tanda Kutip

Untukmu, pria yang bayang dan nyatanya selalu hadir dalam hidup..

Entah sudah hari keberapa sejak aku mengagumimu. Lucu bukan? Setiap harinya, aku selalu mencatat dalam buku harian usang yang kupunya, sedekat apa kita, bagaimana kita, semua tentang kita.

Aku selalu menikmati tiap detik yang kau berikan, menyimpan dalam kenangan segala hal yang kita lakukan.

Tunggu, sedari tadi aku selalu menyebut kita, pantaskah aku menyebut kita sebagai kita? Bukankah kita hanya sebatas aku dan kamu tanpa bersatu?

Bogor, 22April2015. 08:33.

Minggu, 22 Maret 2015

Kenapa?

Ya Allah perasaan apa ini?

Sudah sebulan semenjak semuanya dimulai,

Kenapa perasaan seperti ini muncul lagi. Harusnya aku sudah terbiasa, meninggalkan rumah sementara untuk melaksanakan tugasku. Tapi pagi ini, semua terasa sedikit berat sama seperti pertama kali aku meninggalkan rumah ini.

Bukankah harusnya aku kuat? Bukankah air mata mestinya tidak boleh turun lagi? Kenapa seperti ini lagi tapi?

Cileungsi, 23 Maret 2015. 06:24.

Diam Dan Berakhir

- love you to the moon and back -

Lucu. Aku menulis kalimat itu dibelakang foto seseorang yang aku semogakan menjadi masa depan.

Bentuk lucunya?

Orang yang aku semogakan itu, adalah milik orang lain.

Dari Aku, Anakmu

Untuk kalian, kekuatan terbesar yang pernah dan selalu ada.

Lagi-lagi aku menulis ini disini. Hanya disini tanpa memberitahunya kepada kalian. Lihat, anakmu cupu sekali kan?

Aku bukan orang yang bisa mengekspresikan perasannku dengan lepas, aku yakin kalian tahu itu.

Untuk kalian, surga duniaku..

Aku seperti sedang memasuki dunia baru. Dunia yang tak pernah kuicip meski sedikit. Selama 20 tahun hidupku, aku tak pernah jauh dari kalian. Selalu ada disisi kalian, begitu juga sebaliknya.

Kini, aku harus menapaki dunia ini sendiri. Berjalan sendiri, menghadapi apapun sendiri, hanya dengan diriku dan kiriman doa-doamu.

Dulu, setiap aku merasa lelah, aku hanya tingga melihat senyum kalian yang mengembang. Ketika aku jenuh, memeluk kalian mengembalikkan semangatku.

Kini, lelahku, sedihku, jenuh, dan kesepianku, aku tanggung sendiri. Menunggu waktu memeluk kalian, bersabar dalam penantian yang menurutku tak sebentar.

Percayalah, dengan memelukmu, semangatku bertambah. Aku merasa semua penat hilang sekejap. Melihat senyummu, mendengar tawamu, seperti sumber kebahagiaan yang jarang aku dapatkan ketika aku jauh.

Pak, Bu..

Kalau boleh aku jujur, aku mulai lelah. Aku mulai bosan. Ketika aku kembali kerumah, aku tak ingin lagi kembali kesana. Aku ingin dirumah saja bersama kalian, bercanda, dan berbincang.

Disana, aku sendiri. Tidak berteman sepi memang, tapi tidak lebih baik daripada aku disini.

Tapi, melihat perjuanganmu, melihat lelahmu, aku merasa semua tak sebanding dengan apa yang aku rasakan. Aku harus tetap bertahan sampai akhir, ditemani kalian aku akan berjalan sampai aku menemukan garis finish.

Doa-doamu, semangatmu, senyummu, tangismu, menjadi kekuatan terbesar yang saat ini aku punya. Hanya kalian yang aku tuju saat ini. Kebahagiaan kalian, kebanggan kalian. Senyum mengembang diwajah kalian.

Temani aku sampai akhir, dampingi aku hingga kepuncak.

Doakan aku selalu, Pak, Bu..

Dari Aku, Anakmu yang lemah..
Cileungsi, 22 Maret 2015. 19:32.